OP-ED: Kualitas Komentar Pembaca Webtoon Indonesia

Akhirnya, aku bisa mengakses Webtoon setelah handphone yang lama diganti. Aku mengakui bahwa komik-komik yang ditawarkan pada Webtoon sangatlah beragam dan para pengarang menggambar serta menceritakan sebuah kisah dengan keunikan tersendiri. Ketika singgah di bagian komentar, semuanya rusak karena sebagian komen yang membuat dahi mengernyit.

Pertama, aku akan membahas secara ringkas apa itu Webtoon. Webtoon adalah sebuah aplikasi milik Naver (yang juga membuat aplikasi Line) untuk menampilkan komik-komik nasional maupun mancanegara. Misalnya pada Webtoon Indonesia, komik-komik mancanegara sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan sudah banyak pula orang Indonesia yang merilis komiknya di Webtoon.

Pengarang komik juga dapat mengatur jadwal rilis satu atau lebih part komik untuk setiap minggu. Jadwal ini diberitahu kepada pembaca dan jadwal ini juga menjadi semacam deadline bagi pengarang. Selain itu, pembaca juga dapat memberi rating dan komentar untuk sebuah komik.

img_0990

Tampilan utama aplikasi Webtoon Indonesia

Sebagai penggemar manga dan juga manhwa, aku menyukai konsep yang ditawarkan oleh aplikasi Webtoon. Pencarian komik dapat dilakukan sesuai dengan genre, tingkat popularitas, maupun komik yang terbitnya paling dekat dengan hari itu. Pengguna juga bisa memilih komik-komik favorit dan aplikasi akan memunculkan notifikasi setiap komik favorit sudah merilis part yang paling baru. Pengguna juga dapat mencari rekomendasi yang mirip atau similar dengan komik yang sedang dibaca.

Sebagian besar komik yang ditawarkan pun diciptakan dengan apik dan profesional. Aku terutama sangat kagum dengan Siren’s Lament ciptaan instantmiso, yang disisipkan background music khusus pada setiap part-nya. Tema cerita yang dihadirkan juga sangat bermacam-macam dan kalangan dari berbagai umur juga dapat menikmati komik-komik yang ada di Webtoon.

Meski begitu, keindahan yang ditata rapi pada aplikasi Webtoon seketika rusak ketika aku membaca bagian komen. Aku sebenarnya tidak begitu peduli dengan komentar-komentar yang mengemis likes agar menjadi best comment. Justru komen-komen yang tidak menghargai usaha atau karya pengarang dan bahkan menganggap pengarang meninggal karena hiatus terlalu lama yang membuat kepala pening.

Ada beberapa tipe komentar negatif yang menurutku paling membahayakan psikis pengarang di bagian komentar Webtoon Indonesia, yaitu:

1. Meminta atau memaksa pengarang untuk meng-update komik lebih sering

untitled-5704789d2cb0bd590555cfeb

Permintaan untuk membuat komik season selanjutnya masih dapat dimaklumi, tetapi berbeda cerita dengan permintaan untuk meng-update cerita lebih sering. Bahkan, aku pernah menemui beberapa orang yang meminta komik di-update tiga kali seminggu. Aku saja sudah takjub melihat mas Nurfadli Mursyid yaitu pengarang Tahilalats, yang meng-update komik empat kali seminggu hanya untuk memenuhi permintaan para pembaca yang dinilai keterlaluan.

Menggambar komik itu sebenarnya tidaklah mudah. Menyelesaikan satu panel komik saja bisa menghabiskan banyak menit dan bahkan berjam-jam. Selain itu, plot cerita yang ingin dituangkan pun harus dipikir-pikir secara matang. Belum lagi, pengarang harus menyusun dialog yang tidak terkesan begitu klise. Oleh karena itu, aku menganggap permintaan ini tidak masuk akal karena sangatlah tidak mudah untuk membuat satu part komik dalam waktu yang cepat.

2. Menolak jika pengarang memutuskan untuk hiatus

Capture5.PNG

Pengarang juga seorang manusia dan mungkin hal ini yang belum disadari oleh banyak pembaca Webtoon Indonesia. Pengarang juga memiliki kehidupan beserta segudang permasalahan yang harus diselesaikan, seperti kita semua. Ada halangan tertentu yang membuat pengarang memutuskan untuk hiatus dan tidak meng-update komik untuk sejumlah periode. Hal ini dapat dimaklumi karena pengarang menganggap bahwa urusan pribadinya harus lebih diprioritaskan daripada membuat komik secara freelance. Jangankan masalah komikus, pegawai kantoran pun berhak mendapat cuti apabila dia sedang sakit, melahirkan, dan lain-lain.

Meski begitu, masih ada pembaca Webtoon Indonesia yang menolak apabila komikus favoritnya memutuskan untuk hiatus. Mereka tak peduli dan tidak memperhitungkan alasan mengapa komikus ingin hiatus dan terus menge-post komen penuh keluhan. Pengarang No Homo yaitu mbak apitnobaka, di-bully oleh sebagian pembaca Webtoon Indonesia karena pengarang sudah hiatus selama 3 bulan. Walaupun mbak apitnobaka telah menjelaskan alasan mengapa dia masih hiatus secara rinci di akun Tumblr-nya, banyak pembaca yang masih tidak bisa menerima dan memaklumi.

Rumor palsu tentang pengarang sudah meninggal mulai disebarkan di beberapa wilayah komen Webtoon Indonesia karena hiatus yang terlalu lama. Padahal akun Tumblr pengarang masih aktif, tetapi fakta ini disingkirkan mentah-mentah oleh mereka. Mereka tega mem-bully pengarang hingga kelewat batas etika hanya karena ingin membaca komik gratis. Pada akhirnya, mbak apitnobaka mengakhiri komik No Homo dengan permintaan maaf dan ucapan terima kasih.

(Buat Mbak apit, semoga Mbak apit bisa menciptakan karya yang keren lagi di lain waktu. Saya menyukai komik No Homo karena mbak berani mengangkat topik bromance. Di sini, masih banyak orang yang tidak bisa membedakan bromance dan gay dan dengan komik No Homo, mungkin pembaca bisa mendapatkan pengetahuan baru tentang apa itu bromance. Terima kasih atas usaha Mbak selama ini dalam membuat No Homo dan saya doakan agar Mbak semakin sukses.)

3. Mengirim death threats kepada pengarang yang sedang hiatus

13343103_1556927364609087_6307830108383956494_n

Nah, tipe komentar ini yang paling parah daripada semuanya. Potongan komentar di atas ditemukan di bagian komentar dari komik 304th Study Room yang dikarang oleh mbak Felicia Huang. Padahal, pengarangnya sendiri sudah menjelaskan mengapa ia memutuskan untuk hiatus karena ia sedang sakit. Lagi-lagi, alasan itu tidak diperhitungkan oleh sebagian pembaca dan malah dibuat candaan yang menjurus ke death threats. Yang seperti ini harusnya sudah diberikan peringatan oleh pihak Webtoon sendiri dan bahkan di-ban jika ulahnya masih berlanjut.

Karena tipe-tipe komentar seperti ini, banyak komikus Indonesia yang semakin ragu untuk mengirim hasil karya mereka ke Webtoon Indonesia. Ada pula pengarang yang memutuskan untuk hiatus karena tidak tahan dengan tekanan yang diberikan oleh pembaca melalui komentar. Karya pengarang tidak diapresiasi oleh sebagian pembaca. Mereka malah memberikan tekanan berupa permintaan update lebih sering dan melakukan tindakan bullying jika pengarang ingin atau sedang hiatus. Tingkah ini membuat mereka berkesan kekanakan dan semakin menunjukkan bahwa mereka tidak tahu bagaimana rumitnya proses pembuatan sebuah komik.

Aku bahkan sampai heran apakah memang pembaca Webtoon di negara lain seperti ini juga. Aku iseng mampir ke Webtoon tetangga sebelah yaitu Webtoon US. Aku memilih komik 10th Dimension Boys karangan Cutbu dan segera bergegas ke bagian komentar dari part terakhir komik tersebut. Ternyata, banyak sekali komentar yang sangat sopan dan heartwarming di sana dan hal itu malah membuatku semangat menge-scroll bagian komentar.

Capture6.PNG

Kondisinya sangat berbeda dengan bagian komentar yang ada pada Webtoon Indonesia. Ketika komik sudah mencapai bagian terakhir, pembaca tidak mengeluh dan memaki-maki pengarang. Malah, pembaca mengucapkan terima kasih kepada pengarang dan memberikan dukungan agar pengarang dapat membuat komik yang lebih keren di masa yang akan datang. Pengarang pun semakin betah di Webtoon dan termotivasi untuk membuat karya lainnya.

Mengapa perbandingannya jauh sekali dengan bagian komentar Webtoon Indonesia? Ada yang berpendapat bahwa demografi pembaca komik Webtoon Indonesia lebih banyak yang berkisar 12-17 tahun. Karena pembaca komik yang masih sangat muda, mereka masih tidak paham dengan etika berpendapat sehingga menggunakan “freedom of speech” sewenang-wenang. Ada pula yang bilang bahwa masih banyak pembaca Webtoon Indonesia yang tidak tahu-menahu proses pembuatan komik sehingga mereka berkesan “menggampangkan” pembuatan komik. Mungkin oleh karena itu juga, masih banyak pembaca yang mengajukan permintaan update komik yang lebih sering.

Terlepas dari umur dan ketidaktahuan mengenai pembuatan komik, pembaca harus menunjukkan apresiasi terhadap karya ciptaan pengarang. Jika pengarang memutuskan untuk hiatus karena urusan pribadi, pembaca tidak berhak memberikan tekanan atau bahkan ancaman kepada pengarang. Sebaiknya, berikanlah pengarang dukungan dan harapan agar pengarang termotivasi untuk menyelesaikan komiknya. Tidak menyukai komiknya? Jangan membuat ulah dan berikanlah kritik dan saran yang membangun kepada pengarang.

Potongan-potongan komentar negatif di atas mungkin bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. Kita pun harus belajar bagaimana menjadi pembaca yang dapat mengapresiasi karya. Sampai sempat terpikir apakah para pembaca Webtoon Indonesia harus diberi penyuluhan tentang bagaimana memberikan komentar yang beretika. Easier said than done, but why don’t we just try?

54 Comments

  1. Wah parah banget ya. Baru tau list komentar di webtoon indonesia semengenaskan itu.
    Begitulah kita sebagai bangsa indonesia yang masih belum bs menghargai apapun karya orang lain.

    Semoga kelak perilaku kita bisa sama seperti negara2 maju hmmmm

    Like

    • Ohhhh…. yaaaa…. mungkin bisa berawal dari gak pake software bajakan, download lagu bajakan, main game bajakan, nonton film bajakan dll ya… hmmm

      Like

  2. Webtoon itu bukan aplikasi ya. Webtoon itu artinya komik yang diterbitkan di web, makanya namanya webtoon.

    Terus tadi nemu ini: ‘Nurfadli Mursyid alias Tahilalats’. Mungkin harusnya ‘Nurfadli Mursyid alias pengarang/pembuat Tahilalats’. Karena ga mungkin orang disamain sama karya.

    Sisanya, aku suka sama artikel ini karena aku udah kesel banget sampe ga mau baca lagi Webtoon Indo. Aku stay di Webtoon Eng karena selain lebih nyaman baca pake bahasa Inggris, pembacanya lebih ngotak dan sopan (meski yah akhir2 ini kolom komentar Super Secret ricuh dan cukup bikin kesel).

    Makasih ya udah bikin artikel ini xD

    (Btw kalau kolom komentar dipenuhi fujoshi kayak di Prince of Prince itu juga ngeselin sih) (lebay banget)

    Like

    • Halo Scarletta,

      Terima kasih banyak atas kritik dan sarannya! Nanti aku segera ganti beberapa kesalahan yang disebut tadi. Waktu itu, aku baru banget nyicip Webtoon itu seperti apa, jadi masih salah paham mengenai definisi dari Webtoon.

      Like

      • Tapi setau aku emang namanya aplikasi webtoon dari LINE, jadi namanya sama dengan jenis komiknya “webtoon”

        Like

  3. Saya setuju, saya rasa bukan hanya komentar di webtoon saja ya, sepertinya kita semua masih perlu banyak belajar untuk memberi komentar yang baik pada sebuah tulisan. Hehehe thanks for sharing anw.

    Like

  4. Semua salah MCI…

    Tapi emang banyak sih ababil yang belum sadar etika di dunia internet.
    Mereka berani gitu karena yg lainnya gitu… tapi coba kalau gak ada satu pun komentar yang kayak gitu… pasti semua akan berkomentar sopan…

    Kelatahan orang Indonesia ini yang patut dimusnahkan…

    Like

  5. Yah begitulah orang Indonesia *hela nafas* gw orang Indo jadi malu sendiri ==” kadang baca komentar di webtoon yang terkenal pasti ada yg “author update-nya tiap hari dong.” Asdfghjkl emang pengarang punya tangan ama otak berapa? Mereka juga butuh istirahat =•=” dan sisanya aku setuju sama artikelnya

    Makasih

    Like

  6. Setuju.. Aku plg jengkel pas baca org maksa2 update seminggu lbh dr sekali :/ emg dipikir bikin komik tuh gampang??
    Author jg manusia kali.. Support jauh lbh dibutuhkan drpd pemaksaan kehendak..

    Like

  7. Pada dasarnya, sebagian orang Indonesia terlalu sering terbiasa untuk “disuapinin”. Semuanya selalu ingin disediakan dan sempurna, sesuai harapan mereka. Jadi, tak ada yang terbiasa dengan budaya bersyukur dan berterima kasih.

    Selain itu, masih banyak yang belum mengenal budaya fandom online di mana hampir semua yg dilihat dan dikonsumsi tersedia dengan gratis dan semua orang sudah sangat berterima kasih jika berkesempatan untuk membaca karya2 bagus. Orang luar sudah terbiasa dengan itu. Mungkin webtoon memang tak sepenuhnya sama dengan fandom, tapi bayaran komikus pun kecil jadi menurut saya tak beda jauh.

    Like

      • komikus indonesia emang kecil kok, malah disebutnya bukan bayaran tapi pendapatan
        kalo bayaran berarti ada bossnya,
        seperti webtoon, mereka hampir gak dapet bayaran
        media konvensional cetak, prosesnya mengajukan karya (gramedia, dan pembagian keuntungannya gak sebanding menurut saya, dulu pernah coba ngajuin buku, kurang tau kalo komik tapi denger2 hampir sama. 25%(penulis):75%(gramedia) misal 1 komik harga 15rb/perbuku cuma kebagian 3750, usaha sama pendapatan kurang sebanding, butuh berapa exemplar terjual/bulan coba untuk dapat penghasilan bulanan yang cukup. apa lagi jaman sekarang orang kayaknya udah males beli komik media cetak.

        beda sama illustrator komik pesenan, di indonesia ada beberapa studio yang ngehandle karya2 untuk komik seperti DC, Marvel.
        illustratornya bisa dapet penghasilan diatas 8jt++ perbulan.

        intinya kalo komikus bikin karya sendiri, emang kebanyakan pendapatannya masih kecil kalo di indo,
        ada juga kasus seperti komik strip media sosial yang lagi ngetren belakangan, mungkin pemasukannya rada lebih lumayan, soalnya sering saya liat di seri2 yang cukup nge-hits mereka memasukan iklan/sponsor produsen yang cukup terkenal di komiknya.

        Like

  8. Katanya sih komen-komen di Webtoon Challenge (Webtoon yang belum official) lebih parah lagi daripada Webtoon yang sudah official… Yah, semoga mental komentatornya bisa diperbaiki lagi deh ya setelah ada artikel ini. Sumpah deh, saya kalo baca Webtoon ID tuh langsung skip baca komentar-komentarnya.

    Like

    • iya setuju, kadang gak tega liat karya orang dihina-dina. sebenernya kalo gak suka ya tinggalin aja, jangan pake acara ngehina segala heheh

      Like

    • Ga juga sih. Di webtoon challenge lebih mild komennya soalnya biasanya yang mampir ke challenge itu yang emang beneran cari hidden gem di komik lokal. Awalnya fandom dari webtoon resmi ya dari webtoon challenge. Malah banyak yang lebih appreciative dibanding official. Kalo komentar di official baru deh ganas2.

      Like

  9. yaah kualitas komentar Indo emang rata2 bikin ngenes banget, paling parah yg ke mba Felicia…
    dah ga sopan ga tau etika…
    Org Indo dikasih hati minta jantung….
    makanya aq males baca komen2nya….
    bikin jijik….
    kecuali ma komen yang membangun….

    Like

    • Halo sherl31th,

      Awalnya, aku berniat menceritakan apa itu Webtoon untuk pembaca yang belum kenal dengan Webtoon. Untuk ke depannya, aku akan berusaha untuk menulis lebih to the point. Terima kasih atas kritiknya!

      Like

    • Ga semua pembaca artikel disini tau apa itu webtoon dan apa aja isinya..
      Ga suka yang bertele tele ya ga usah di baca toh..

      Like

  10. Sebagian besar aku setuju denganmu, TS. Komentar2 di webtoon kebanyakan ditulis ga pake otak. Ada indikasi pata komentator webtoon itu rata2 labilers.

    Tetapi untuk komentar2 yang bersifat kritik yang jelas bukan menghina,imho, perlu sekali untuk meningkatkan kemampuan authornya. Namun komentar2 seperti inipun sering kali diserang oleh para labilers fandumbs yang tdk bisa membedakan kritik dan hinaan. Yang seperti inipun dapat membuat authornya jadi tinggi hati dan antikritik sehingga kemampuannya ya segitu2 aja.

    Kemudian mengenai apitnobaka, aku termasuk org yg sangat kecewa dengan attitude authornya. Mengapa? Karena beliau php. Janji 2 minggu tapi setelah 2 minggu tiada kabar. Tau2 setelah 2 bulan lebih bilangnya mau berhenti.
    Aku memaklumi ybs NAMUN aku pun memaklumi perasaan para pembaca yang kecewa. Yang jelas, di kasus nohomo, imho, mbak apitnobaka ini tidak profesional. Oleh karena itu beliau pantas2 saja mendapat sanksi sosial seperti itu.
    Ya mbok, kalau janjinya balik 2 minggu, ya balik lah. Nggak update tak apa. Tapi seenggaknya kasih kabar dong.

    Peace.

    Like

    • Halo anggra,

      Menurutku, memang tindakannya mbak apitnobaka itu agak dilema. Dilihat dari sisi profesionalitas, seharusnya beliau berusaha untuk memberitahu para pembaca. Beliau mungkin bisa memberanikan diri untuk menceritakan alasan kenapa periode hiatus No Homo melebihi dari yang sudah diprediksi. Kalau beliau jujur dan cukup percaya diri, sanksi sosial yang ditujukan kepada beliau tidak akan separah ini.

      Di sisi lain, tidak semua orang bisa sepemberani itu dalam mengutarakan sesuatu (apalagi hal pribadi) di ranah publik. Mbak apitnobaka mungkin waktu itu, merasa takut karena sedang di bawah tekanan deadline hiatus dan paksaan dari pembaca. Selain itu, beliau juga sedang bingung untuk menyusun storyline No Homo. Mungkin karena itu juga, beliau menghindar dan akhirnya bersuara ketika diri beliau sudah tenang (mungkin).

      It’s complicated. Terlepas dari itu, kasus yang menimpa mbak apitnobaka bisa menjadi pelajaran bagi para author maupun pembaca. Terima kasih banyak atas komentarnya, anggra. 🙂

      Like

  11. Bener, aku juga bener-bener kasian sama ce Felicia Huang. Selain karna hiatus, dia dibully karna dia membuat karakter Reihan yang notabene seorang muslim dan solat jumat. Trus dibully karna entah itu yang bilang gak sah lah karna rambutnya panjang atau apa dan lainnya tetek bengek yang gak penting banget. Padahal… itu sebuah komik. Kan ya gak perlu kan semua diperlihatkan. Oh gosh, aku paling gak suka kalo komen bawa-bawa sara.

    Dan anyway, aku baru tau kalo ada author webtoon yang berhenti. Karna aku sendiri juga gak memperhatikan webtoon karna sempet rusak dan gak punya smartphone selama berapa lama.

    Oh andai semua berpikiran positif. Aku yakin author pun juga betah. Saya sendiri juga sering membuat komik. Tapi untuk memasukkannya ke dalam webtoon, saya masih menyiapkan mental yang sekuat baja.

    Like

  12. sebetulnya hal kaya gini ngga terjadi di webtoon aja, di wattpad juga banyak banget yang kaya gitu. aku pikir sih buat readers di indonesia emang perlu dikasih penyuluhan soal etika komentar di sosmed… karna emang kebanyakan cuma bisa nuntut doang tapi ga bisa apresiasi.. 🙂

    Like

  13. Saya setuju sekali. Saya juga seorang pembaca aktif Webtoon terutama Webtoon Indonesia. Dan saya tidak habis pikir jika melihat komen-komen pedas dan tidak bermutu yang sama sekali tidak terkait dengan chapter yang baru diupdate atau jalan cerita yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Apalagi sampai mengirim death threats ke authornya. 😪 saya baru tau kalo No Homo tidak dilanjutkan karena ulah readernya yang tidak menghargai authornya. Padahal saya suka sekali dengan No Homo😭 dan saya takut 304th Study Room akan mengalami hal serupa. seharusnya mereka perlu belajar lagi mengenai etika dalam berbicara dan menghargai sesama! Sudah digratiskan membaca, masih saja berkomentar tidak objektif dan tidak nyambung. Padahal terkadang, author selalu setia mengikuti kemauan readers, misalnya cerita jadi lebih panjang, atau pergantian cover yang lebih bagus. Tetap saja tidak bernilai dimata mereka. Poor my lovely authors of Webtoon Indonesia😭

    Like

  14. Wahhh…. Terlalu, sungguh terlalu. 😡
    Klo aku sih lebih suka jd silent reader, jarang bangeeetttt komeeeennnn, kalo pas pengen komen slalu komen ttg ceritanya pas episode itu. Tapi meskipun jd SR, aku tetap memberikan ♡ pada episode webtoon yg menurutku bagus. 😄

    Like

  15. Ini wajar.
    Karena kebanyakan yang comment itu mash belum memikirkan keadaan author dan sperti apa cara pembuatannya.
    Istilahnya still kids. Bisa di lihat dari komennya yang nonsense banget itu kliatan dia masih belum bisa di ajak berpikir secara logika.
    Atau juga fikirannya masih anak anak.
    Jadi jangan kaget kalo misalkan komen webtoon indonesia beda dengan luar.
    Orang luar itu benar benar memberikan kritik membangun.
    Indonesia, bunch of idiotically kids with stupidly nonsense words

    Like

  16. yah sering ngerasa aneh juga sama komentator di webtoon..kadang maksa, kadang ngasiin makna, kadang bikin monolog cerita di komen…dan baru tau ada juga yang se ekstrim sampai ngeluarin kata2 kasar dan ancaman buat autornya..

    Like

  17. Ngga usah webtoon…Bahkan mangaka macam Katsura Hoshino, di beberapa online reader banyak komentar yang bilang “authornya malas, ngapain keluarin chapter 4 bulan sekali/mati ya authornya?/kirain dah diaxe ini manga” setelah hiatus cukup lama, tanpa tahu kalau yg bersangkutan hampir ga bisa gambar lagi karena sakit di tangannya.

    Mungkin kebiasaan yang berlarut-larut di Indonesia ya, cuma bisa berkomentar tanpa bisa membuat yang sama, atau paling ngga mencoba membuat lah. Biar jelek, namun sudah ada kemauan dan keberanian untuk membuat dan menampilkan.

    Like

  18. Beda pendidikan dan budayanya juga.
    Di Indonesia terlalu dibiasakan untuk meminta/menuntut ke pemerintah atau orang lain.

    Like

  19. Wah iya. Kalo saya lagi baca komik yang bahasa Inggris, saya pasti bacain komennya karena lucu trs sama2 geregetan gituu. Parah seru.
    Tapi kalo lagi baca komik bahasa Indonesia, nggg…. iya komentarnya ga penting. Haft.

    Like

  20. biasanya orang yg suka komen gak baik itu gak tau susahnya membuat suatu karya hehehe, daripada belajar di sekolah dari sang sampe sore yg kesannya memaksa, lebih baik disisipkan dengan pelajaran etika di sekolah, keliatan banget mental anak2 muda jaman sekarang makin lama makin gak jelas. menghina ala fanpage meme di pesbuk adalah sumber kerusakan etika sebenernya.

    Like

  21. Karena kebanyakan penikmat itu ga tau diri serta nyadar posisi kalau author serta pengarang tuh udah bela2in ngebuang waktu berharga mereka cmn buat komik, nambahin bbrp halaman, dan nurutin permintaan mereka, makanya mereka jadi ga tau aturan.
    Aku juga kalau baca komentar gitu jd risih sendiri. Udh gatau buat, banyak nuntut pula. Dikasih hati minta jantung. Emg mereka itu orang2 yg kasih makan dan penghidupan buat authornya apa? Kenal juga belum tentu, kayak kalo authornya sakit emg mereka pada mau ngurusin? Seandainya authornya mulai jenuh dan berhenti bikin komik juga kan mereka jd ga untung krn udh ga ada hiburan lagi. Nanti beneran terjadi baru menyesal. Cause you know, sorry is not going to change anything.

    Like

  22. Menurut ane kalo bener2 sikonnya nyaman dan kondusif mending buat webtoon indo fitur komentnya dihilangin aja. Percuma sekarang persuasif ato menghimbau buat jadi lebih baik karena sayang kenorakan dan gak tau batas kewajaran dalam kebebasan beropini ato berkomentar masih jadi zona nyaman yang gak bisa ditinggalin alias sama kayak gagal move on. Paling2 nanti toh ujung2nya cuman bikin artikel tandingan di blog ato medsos buat jelek2in hasil karya pengarang, biar saja yang jelek kumpul dengan yang jelek.

    Like

  23. untuk komik tahilalats komentarnya banyak yg ngemis like -_-
    Bayangin dong mereka buat komik sendiri, jarang yg punya asisten, itu komik berapa panel, aku fanartist jadi tau susahnya gambar, gambar mah gampang ya, ngewarnainnya yg menurutku susah, aku sempat komen “aku fanartist dan ngerti susahnya ngewarnai, kalau mau tiap hari di update, ya gambarnya pasti cuman sketsa tanpa warna” ehhhhh banyak yg komen “bukan urusan mu” , “authornya di bayar” , “ga usah sok ikut campur”, “lu gak profesional” , “seharusnya author profesional” -_- ini yg komen ga pernah rasain di jejelin mouse pen kayaknya -_- aku yg jd penikmat aja kesel -_- apalagi authornya ㅍ_ㅍ

    Like

    • Rasa2nya penggemar webtoon Indonesia paling ga harus baca Bakuman deh, biar tw bagaimana susahnya kerja seorang manga author…

      Liked by 1 person

  24. orang2 yang mengomentari dengan kata2 sekasar itu tidak lebih dari sampah…. mereka tidak tau bagaimana sulitnya membuat komik… sedangkan membuat gambar ilustrasi aja rumit apalagi dalam bentuk komik…. belum lagi mewarnai dan memberikan efek pada gambar serta memikirkan jalan cerita…
    saya sendiri senang menggambar.. dan saya tau betapa susahnya menggambar itu… perlu waktu berjam2 hanya membuat sketsa… belum lagi mewarnainya..

    Like

Leave a comment